Modernis.co, Malang – Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (ar-Rum : 41).
Sebagaimana agama pada umumnya yang memilki misi utama, yakni menebar cinta kasih kepada semua makhluk. Demikian juga dengan agama islam yang banyak di anut oleh masayarakat Indonesia, memiliki pesan serupa, yaitu agar manusia sebagai khalifahtul ard’ (pemimpin di muka bumi) menjaga dan mengatur keberlangsungan hidup semua mahluk hidup, termasuk didalamnya alam dan lingkungan.
Berkaitan dengan hal ini, menarik untuk disimak dengan seksama apa yang sampaikan oleh Ahmad Sahidah, P.Hd, dalam bukunya yang berjudul “God, Man, and Nature”Jangan sampai muncul pemahaman yang sempit perihal ketundukan kita kepada Tuhan sebagaimana telah disampaikan dalam Kitab Suci. Jangan sampai pula tumbuh anggapan bahwa kesalihan (spiritual-formal) terhadap perintah Tuhan telah memadai untuk mengantarkan seseorang menuju syurga atau keselamatan.
Padahal, pemahaman semacam ini justru mengabaikan ketundukan yang sejatii, yaitu sikap taat yang ditujukan juga dengan mengamalkan ketentuan-ketentuan Tuhan yag berkenaan dengan kewajiban terhadap manusia dan lingkungan.
Apa yang sampaikan di atas selaras dengan ungkapan Amin Rais dalam bukunya “Tauhid Sossial”, bahwa, ketertundukan terhadap tuhan tidak semata melalui penyembahan terhadap-Nya secara langsung. Melainkan harus ditunjukkan dengan sikap saliang menolong dan menghargai antar sesama manusia serta merawat alam dan lingkunan sebagai tempat manusia itu hidup.
Dari sini dapat kita tarik bahwa menjunjung tinggi kemanusian dan merawat alam dan lingkungan hidup sebagai ciptaan tuhan merupakan ketundukan kita akan titah perintah Allah. Bahkan lebih dari itu, dalam pandangan Amin Rais, menjaga keberlangsungan hidup manusia dan mahluk hodup lainnya termasuk alam merupakan satu kesatuan yang terangkum dalam ke-Tauhid-an.
Sebagaimana Firman-Nya dalam kitab suci (al-Qur’an) surat Al-a’raf (ayat 56) yang artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik, dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”
Walaupun pada dasarnya perintah ini tidak hanya ditujukan keepassa umat yang beragama terlebih lagi kepada umat islam saja.
Sebab menjaga kebaikan ekosistem adalah kewajiban kita semua sebagai manusia yang memiliki akal sehat. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberikan amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi dengan akal yang mampu memilih dan memilah kebaikan untuk dirinya sudah seharusnya menjaga dan menanggulangi kerusakan ekosistem.
Selaras dengan perintah agama diatas, dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28 H ayat 1 menjelaskan “Bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang baik,dan sehat” sehigga konsekuensi logisnya ialah untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat maka lingkunga harus di jaga dan dirawat.
Tidak bias kita nafikkan bahwa kerusakan-kerusakan alam di sebabkan oleh ulah tangan manusia sendiri. Sikap serakah dan kebengisan yang tidak memikirkan dampak jangka panjang terhadap pemanfaaatan alam menjadikan kehidupan manusia begitu buta sehingga tidak mampu lagi melihat kenyataan dari apa yang tengah diperbuatnya sendiri.
Pemanfaatan sumber daya alam yang melampaui dari seharusnya bagaikan lomba tersediri bagi manusia dalam meningkatkan status social dan mempermudah kebutuhan perutnya serta agar menjaga asap dari dapur rumahnya tetap bertahan.
Untuk mencegah hal itu, manusia perlu untuk meng-Upgrade tingkah laku dan kebiasaanya agar menjadi manusia ideal yang bisa memperlakukan diri, orang lain dan alam dengan baik dan benar. Adapun manusia yang ideal (insan kamil) yang dimaksud ialah sebagaimana menurut pandangan Ali Syari’ati, yaitu manusia yang memperjuangkan umat manusia, memberikan hak dan menjaga keberlangsungan hidup seluruh unsur dari alam semesta, karena manusia adalah pemimpin yang mendapatkan amanah dan tanggung jawab dari Allah untuk mengelola alam semesta.
Menjaga kelestarian alam merupakan bagian dari akhlak mulia dan etika yang disukai yang harus diterapkan oleh seluruh umat manusia. Hal itu bertujuan untuk keberlangsungan kehidupan di dunia dan menjauhkan kerusakan dan bencana yang terjadi karena ulah dari tangan-tangan jahat manusia. Serta agar manuisa mampu melatih bertahan dari peengaruh nafsu yang mencoba mendominasi fitra kemanusiaanya sendiri.
Jika manusia tidak mampu menahan nafsunya dan tidak bisa memanfaatkan alam ssesuai dengan kebutuhannya maka akan banyak sekali dampak dan resiko yang akan ditanggung olehnya. Balasan yang diberikan akibat perbuatannya bahkan akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan berbagai macam mahluk hidup termasuk dirinya sendiri. Adapun dampak dari tidak menjaga alam dengan baik adalah tentunya terjadinya bencana alam seperti banjir,tanah longsong dan kebakaran hutan.
Tercemarnya lingkungan, air dan udara termasuk hutan-hutan akan gundul karena menipisnya pepohonan. Floraa dan fauna sebagai sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan manusia menipis. Paceklik terjadi dimana-mana yang kemudian akan dengan sangat mudah mengebabkan munculnya berbagai macam virus dan jenis penyakit.
Sebelum semua iu berlangsung dan benar-benar terjadi dalam kehidupan kita, maka perlu untuk kita renungkan kembali kutipan surat Ar-Rum (ayat 41) di muka. Adapun ayat tersebut menerangkan agar kita segera kembali kejalan yang benar berupa jalan yang telah digariskan dalam perintah agama. Bersifat dan bersikap kepada sesama dan alam sebagaimana yang sudah tertera dalam ajaran agama melalui kitab sucinya.
Kita harus kembali kepada jalan yang benar, yaitu jalan yang senantiasa mengarahkan kita menuju ridho Tuhan. Jalan yang menuntun kita kepada kebahagiaan, baik dalam kehidupan dunia maupun di kehidupan akhirat kelak. Jalan yang senantiasa memberi kebermanfaatan bagi sesama mahluk hidup, yang berguna bagi diri kita dan mahluk lainnya serta yang menjadikan kita mahluk yang bertanggung jawab.
Tentu salah satu jalan itu ialah menjalani hidup dengan tidak berlebihan terutama dalam menggunakan serta memanfaatkan sumber daya alam. Jika kita berlebihan maka kita akan terjerembab dalam sifat serakah yang tidak memikirkan orang lain dan lingkungan.
Sementara sifat ini ialah sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT. Dan apabila kebencian Allah ditujukan kepada kita, maka tidak ada lagi jalan dan rahmat serta penolong yang dapat kita mintai pertolongan dari azab dan siksa yang kepedihannya tidak mampu dijangkau nalar manusia berupa siksa api neraka yang panas yang membakar bahkan sampai ke ubun-ubun.
Sebagaiman dalam firman-Nya dalam Alquran surah al Maidah ayat (33) yang artinya: “Hukuman bagi orang-orang yang memerangi allah dan rasulnya, dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan akhirat kelak mereka mendapat azab yang besar”.
Oleh : Fakhrurrahman (Mahasiswa HKI UMM)